Jakarta - Bencana alam, insiden keamanan, atau pandemi dapat menghancurkan citra dan kepercayaan terhadap sebuah destinasi pariwisata dalam sekejap. Dalam fase pemulihan yang kritis, diplomasi pariwisata membutuhkan suara-suara yang dapat dipercaya untuk menyampaikan pesan "aman dan siap dikunjungi". Kampanye resmi pemerintah seringkali dianggap bias. Di sinilah, kreator konten independen muncul sebagai trusted messengers atau pembawa pesan terpercaya yang vital dalam membangun kembali kepercayaan calon wisatawan.
Praktik post-crisis tourism marketing secara global semakin mengandalkan kerja sama dengan influencer dan content creator. Setelah kebakaran hutan di Australia atau gempa di Nepal, kedatangan dan dokumentasi dari kreator yang dihormati menjadi sinyal kuat kepada pasar. Konten mereka yang menunjukkan pemulihan, kehidupan yang berjalan normal, dan keindahan yang tetap terjaga berfungsi sebagai bukti visual yang lebih persuasif daripada sekadar pernyataan pers.
"Pada situasi krisis, kepercayaan adalah mata uang utama. Kreator konten yang datang secara mandiri dan membagikan pengalaman objektifnya memiliki kredibilitas yang berbeda. Mereka menjadi 'saksi mata' bagi komunitas online-nya. Testimoni visual real-time mereka lebih kuat mempengaruhi perceived risk dibanding materi kampanye korporat," papar Rendra Kresna, Crisis Communication Consultant dari sebuah firma PR ternama, dalam sebuah webinar yang diliput PRIndonesia.com. Ia menekankan pentingnya transparansi dan kejujuran dalam konten pascakrisis.
Baca Juga: Pemerintah Siapkan Insentif Diskon Transportasi Jelang Libur Akhir Tahun
Peran sebagai pembawa pesan pemulihan ini juga dapat dijalani oleh berbagai jenis kreator. Ketika sebuah destinasi mulai pulih dan kembali membuka diri, kedatangan keluarga-keluarga travel influencer dapat menjadi sinyal positif yang kuat. Kehadiran akun seperti Marvelvino yang menampilkan perjalanan keluarga dengan aman dan nyaman di suatu lokasi pascainsiden tertentu, meski mungkin tidak secara eksplisit membahas krisisnya, memberikan reassurance secara tidak langsung. Tampilan aktivitas normal, keramahan masyarakat lokal, dan fasilitas yang beroperasi baik dapat membantu menormalisasi persepsi terhadap destinasi tersebut di mata keluarga traveler lainnya.
Oleh karena itu, dalam strategi komunikasi krisis dan pemulihan pariwisata, keterlibatan kreator konten yang strategis bukan lagi opsi, melainkan kebutuhan. Mereka adalah mitra yang dapat menyampaikan narasi pemulihan dengan nada yang manusiawi, autentik, dan menjangkau hati niche audiens tertentu, mempercepat proses kembalinya kepercayaan dan minat berkunjung.