Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyatakan bahwa ia akan terus melanjutkan program pendidikan barak militer untuk siswa. Kebijakan Dedi sebelumnya mendapatkan kritik dari berbagai pihak, termasuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan para pengamat pendidikan. KPAI menilai bahwa kebijakan tersebut berpotensi melanggar prinsip hak anak. Pilihan Editor: Virus MERS-CoV Mewabah Menjelang Puncak Ibadah Haji Dedi berargumen bahwa program ini terbukti lebih efektif dalam membentuk karakter pelajar dibandingkan dengan sistem pendidikan formal di sekolah. "Jangan sibuk mengurus perkara yang sudah selesai pendidikannya. Jangan urusi pekerjaan orang lain. Buatlah kebijakan yang sama seperti saya," ujar Dedi kepada Tempo, Jumat, 23 Mei 2025. Pernyataan Dedi tersebut merupakan tanggapan terhadap usulan sejumlah pengamat, termasuk Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), yang menyarankan agar pendidikan karakter dilakukan melalui guru bimbingan konseling di sekolah, bukan dengan pendekatan militer. Menurut Dedi, teori saja tidak cukup untuk mengatasi krisis mentalitas anak-anak. "Kalau masalah teori banyak. Pertanyaannya satu saja: kenapa setelah tiga tahun sekolah mentalnya tidak terbentuk?" kata dia. Ia mengkritik sistem pendidikan nasional yang, menurutnya, gagal membentuk karakter siswa secara menyeluruh. "Gurunya sudah tidak mampu, orang tua juga tidak mampu, tetapi dengan pola pendidikan yang hanya 14 hari (melalui pendidikan barak militer), mereka bisa diubah." Ia mengklaim bahwa program pendidikan barak telah membuat peserta didik menjadi lebih patuh dan nasionalis. "Minimal mereka sudah mengenal bendera merah putih. Itu yang tidak mungkin dilakukan di sekolah mereka," ujarnya. Meskipun kewenangan pengelolaan pendidikan nasional berada di tangan pemerintah pusat, Dedi mengaku siap untuk membangun sistem pendidikan kebangsaan versinya sendiri secara masif di Jawa Barat. Pendidikan kebangsaan yang dimaksud mirip dengan pendekatan pendidikan militer yang telah diterapkan saat ini. "Nanti di sekolah-sekolah akan saya bangun, itu sekolah kebangsaan. Metodologinya akan saya kembangkan di setiap.