ist

Selama Dua Pekan Berturut-turut, Harga Batu Bara Stabil Di Angka US$ 103!

Jumat, 09 Mei 2025

Harga batu bara mengalami lonjakan selama dua minggu dan tetap berada di atas US$ 100 per ton. Menurut data dari Refinitiv, pada akhir perdagangan Jumat (9/5/2025), harga batu bara acuan dunia ICE Newcastle untuk kontrak dua bulan ditutup pada level US$ 103,95 per ton, dengan penurunan tipis sebesar 0,05% dalam sehari. Meskipun mengalami penurunan harian, dalam seminggu harga energi fosil ini masih menunjukkan penguatan sebesar 1,56%, melanjutkan tren penguatan pekan sebelumnya yang mencapai 7,34%. Ini menunjukkan bahwa harga batu bara telah berada dalam zona positif selama dua minggu. Harga batu bara tetap meningkat meskipun menghadapi berbagai sentimen negatif, mulai dari konflik hingga rencana dari Rockfeller Foundation. Ketegangan antara India dan Pakistan kembali meningkat setelah serangan brutal terhadap wisatawan di Kashmir, wilayah yang dikuasai India. Ketegangan ini dikhawatirkan akan berdampak pada aktivitas perdagangan Indonesia dan kedua negara. Ketegangan ini terjadi setelah India secara resmi melancarkan serangan terhadap Pakistan pada Rabu (7/5/2025), dengan klaim melakukan serangan 

Langkah ini menunjukkan komitmen Yayasan Rockefeller dalam mendukung pembangunan berkelanjutan serta mengatasi tantangan lingkungan di negara-negara berkembang. Dengan mengurangi ketergantungan pada batu bara, inisiatif ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian target emisi global dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Yayasan Rockefeller mengungkapkan bahwa analisis terbaru mereka menunjukkan bahwa mendukung 60 proyek pada tahun 2030 untuk menutup kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara dapat membuka peluang investasi publik dan swasta sebesar US$110 miliar, serta mencegah 9.900 kematian dini dan 640.000 hari kerja yang hilang setiap tahunnya, dan menciptakan 29.000 pekerjaan permanen baru. "Dengan semakin banyak negara dan masyarakat yang beralih ke sumber energi bersih, filantropi memiliki peran unik yang dapat dimainkan, kita dapat mengambil risiko yang tidak dapat dilakukan oleh pihak lain dan mengkatalisasi momentum yang diperlukan," ujar Ashvin Dayal, Wakil Presiden Senior, Energi dan Iklim di Yayasan Rockefeller. Meskipun ada upaya dari organisasi seperti Yayasan Rockefeller, penggunaan batu bara di Asia, terutama di negara pengimpor batu bara terbesar seperti China dan India, tidak menunjukkan penurunan. Sebaliknya, penggunaan batu bara justru meningkat karena pasar berkembang utama di Asia memperluas pembangkit listrik tenaga batu bara untuk memenuhi permintaan listrik yang terus meningkat.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.