Reuters

Misteri 'Cincin Nelayan' Paus, Di Antara Tradisi Dan Kesederhanaan

Rabu, 23 Apr 2025

Dalam persiapan prosesi pemakaman Paus Fransiskus oleh Vatikan, sebuah ritual kuno kembali muncul: penghancuran Cincin Nelayan, simbol kekuasaan spiritual tertinggi dalam Gereja Katolik yang telahdikenakan oleh Paus selama dua belas tahun masa jabatannya. Namun kali ini, sejalan dengan banyak aspek kepausan Paus Fransiskus yang mencerminkan kerendahan hati dan pembaruan, nasib cincin tersebut mungkin tidak akan berakhir dalam kehancuran total seperti pada abad-abad sebelumnya.

Cincin Nelayan memiliki sejarah yang panjang, yang dapat ditelusuri hingga abad ke-13. Nama cincin ini merujuk kepada Santo Petrus - rasul Yesus yang menurut tradisi Katolik dianggap sebagai Paus pertama - yang dulunya adalah seorang nelayan. Gambar Santo Petrus yang sedang memancing dari sebuah perahu, bersama dengan kunci-kunci Takhta Suci, biasanya menghiasi permukaan cincin tersebut.

Sepanjang sejarah, cincin ini tidak hanya berfungsi sebagai simbol, tetapi juga memiliki peran administratif yang sangat penting. Bersama dengan liontin yang dikenal sebagai bulla, cincin ini digunakan sebagai segel resmi untuk dokumen kepausan yang disebut papal briefs. Oleh karena itu, penghancuran cincin dan bulla setiap kali seorang Paus meninggal adalah langkah pencegahan untuk menghindari pemalsuan dokumen setelah pemiliknya meninggal. "Ini mirip dengan mengambil alih akun media sosial seseorang," ungkap Christopher Lamb, koresponden Vatikan untuk CNN, menjelaskan alasan praktis di balik tradisi ini. "Tujuannya adalah untuk mencegah pihak-pihak yang berpura-pura menggunakan segel palsu pada dokumen."

Cincin yang Tidak Biasa

Sejalan dengan gaya kepemimpinannya yang sederhana dan merakyat, Paus Fransiskus mengambil keputusan yang tidak konvensional terkait Cincin Nelayan. Alih-alih memesan cincin baru yang dibuat khusus, beliau memilih untuk menggunakan cincin 'daur ulang' - milik mendiang Uskup Agung Pasquale Macchi, yang merupakan sekretaris pribadi Paus Paulus VI.

Cincin tersebut terbuat dari perak berlapis emas, bukan dari emas murni seperti yang biasa dilakukan dalam tradisi. Keputusan ini mencerminkan sikap Paus yang menolak kemewahan, bahkan dalam simbol-simbol tertingginya.

Menurut Lamb, Vatikan menyebutnya sebagai 'in-possession ring', yang menunjukkan bahwa cincin tersebut sebelumnya dimiliki secara pribadi dan kemudian diserahkan kepada Fransiskus.

Ciuman, Kontroversi, dan Simbol Otoritas

Di luar makna administratif dan sejarahnya, Cincin Nelayan juga berfungsi sebagai simbol kekuasaan Paus di hadapan umat. Selama masa kepausannya, Paus Fransiskus mengenakannya dalam berbagai upacara resmi, namun lebih memilih untuk menggunakan cincin perak sederhana - peninggalan dari masa kardinalnya - dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, hubungan Fransiskus dengan cincin ini tidak terlepas dari kontroversi. Pada tahun 2019, sebuah video yang menjadi viral menunjukkan momen ketika beliau menarik tangannya berulang kali saat umat berusaha mencium cincinnya. Hal ini memicu perdebatan luas di media sosial, hingga Vatikan memberikan klarifikasi bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mencegah penyebaran kuman.

Meskipun proses 'penghilangan kekuatan simbolik' Cincin Nelayan akan dilakukan dalam waktu dekat, nasib akhirnya setelah pemilihan Paus baru masih menjadi misteri. Seperti banyak elemen dalam konklaf, informasi mengenai penyimpanan atau perlakuan terhadap cincin bekas Paus tetap dirahasiakan.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.