Faktor risiko stroke yang sudah dikenal selama ini meliputi kolesterol tinggi, hipertensi, dan penyakit jantung. Namun, tidak banyak orang yang menyadari bahwa cuaca panas ekstrem di luar ruangan juga dapat meningkatkan risiko stroke. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh ilmuwan Jerman menemukan bahwa 7 persen pasien yang dirawat di rumah sakit karena stroke mengalami serangan ketika suhu sedang hangat di malam hari. Di Jerman, suhu yang dikategorikan sebagai hangat adalah paling rendah 14,6 derajat Celsius pada bulan Mei hingga Oktober. Suhu tubuh manusia dijaga tetap stabil melalui proses yang disebut termoregulasi sirkadian, yang terkait erat dengan irama sirkadian atau jam tubuh di otak yang mengendalikan siklus bangun dan tidur. Peneliti menemukan bahwa jika proses termoregulasi sirkadian terganggu oleh suhu udara yang panas, dapat memicu terjadinya stroke. Serangan stroke ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu variasi tekanan darah dan suhu udara. Tekanan darah cenderung menurun secara alami di malam hari. Namun, jika terjadi gangguan pada irama sirkadian, penurunan tersebut dapat tidak berjalan dengan semestinya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko stroke karena tekanan darah yang tinggi. Selain itu, suhu tubuh juga cenderung menurun saat kita tidur. Mekanisme alami ini dikendalikan oleh jam sirkadian. Jika terjadi gangguan pada mekanisme penurunan suhu tubuh, hal ini dapat mengganggu siklus tidur dan kekentalan darah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko stroke. Penelitian di China juga menunjukkan bahwa paparan cuaca panas selama satu jam dapat meningkatkan risiko stroke, bahkan setelah individu tersebut berpindah ke lingkungan dengan suhu yang lebih sejuk. Menurut peneliti dan ahli saraf Jing Zhao, PhD, ketika suhu tubuh meningkat, aliran darah ke kulit akan meningkat untuk mendinginkan tubuh dan menyebabkan kita berkeringat. Proses ini dapat menyebabkan dehidrasi, yang membuat darah menjadi lebih kental dan meningkatkan risiko terjadinya sumbatan pembuluh darah ke otak yang dapat menyebabkan stroke. Selain itu, cuaca panas juga dapat membuat dinding usus menjadi berpori, sehingga bakteri dapat dengan mudah masuk ke dalam pembuluh darah. Bakteri ini akan melepaskan toksin yang memicu peradangan di seluruh tubuh, yang juga berkontribusi pada terbentuknya plak di pembuluh darah yang tidak stabil dan menyebabkan penyumbatan. Siapa yang beresiko Orang-orang yang memiliki kondisi beresiko pembekuan darah lebih rentan terhadap bahaya cuaca panas. Sebuah penelitian di China menunjukkan bahwa orang dengan gangguan irama jantung memiliki risiko yang paling tinggi. Menurut Zhao, irama jantung yang tidak teratur membuat darah tidak dapat dipompa keluar dari jantung secara optimal, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya pembekuan darah. Menurut dr. Mingming Ning, direktur klinik kardio-neurologi di RS Massachusetts, pembekuan darah menjadi penyebab 90 persen kasus stroke. Selain itu, risiko stroke juga meningkat pada orang yang memiliki kondisi lubang di jantung sejak lahir (patent foramen ovale/PFO) saat cuaca panas. Lubang di jantung ini dapat mengubah tekanan di dalam jantung. Ketika dikombinasikan dengan lubang terbuka di jantung, darah dapat mengalir dari atrium kanan ke kiri. Aliran darah ini dapat menyebabkan bekuan darah terbawa ke otak dan akhirnya menyebabkan stroke. Pencegahan Untuk mengurangi dampak buruk dari cuaca panas, ada beberapa langkah yang bisa diambil. Pertama, penting untuk menjaga tubuh tetap terhidrasi. Air adalah pengencer darah yang paling murah dan dapat mencegah penggumpalan trombosit saat dehidrasi. Selain itu, disarankan untuk minum lebih banyak air saat cuaca panas. Selain menjaga hidrasi tubuh, tidur yang cukup juga sangat penting. Tidur selama 7-9 jam setiap malam akan memberikan waktu bagi tubuh untuk pulih dan memperbaiki diri. Pastikan suhu udara di kamar tetap sejuk agar tidur lebih nyaman. Bagi orang yang sudah lanjut usia, sebaiknya tetap berada di dalam ruangan untuk menghindari paparan sinar matahari berlebihan.